Sabtu, 25 Desember 2010

RIBUAN TKI NTT BELUM MENDAPAT PERHATIAN PEMERINTAH

Anggota Dewan Perwakilan Daerah asal Nusa Tenggara Timur Sarah Lerry Mboeik menilai pemerintah daerah belum memperhatikan secara serius nasib ribuan TKI asal NTT yang bekerja di luar negeri, seperti Malaysia, Arab Saudi dan Singapura.

"Kita membanggakan mereka (TKI) sebagai penyumbang devisa terbesar kedua bagi Indonesia, tetapi belum mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah asal TKI tersebut," kata Sarah di Kupang, Sabtu.

Akibat kurang adanya perhatian tersebut, tambahnya, banyak TKI asal NTT menjadi korban perdagangan manusia, karena proses rekruitmen para tenaga kerja tersebut dilakukan secara ilegal atau tidak melalui jalur resmi.

Ia mengatakan dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Advokasi Eliminasi dan Pencegahan Pekerja Anak NTT menyebutkan hingga Juni 2010, ada sekitar 14.848 TKI asal NTT yang bekerja di luar negeri adalah korban perdagangan manusia, karena direkrut tidak melalui jalur resmi.

Menurut dia, proses rekruitmen para TKI ini dilakukan oleh para calo yang masuk keluar desa, dengan target utama anak-anak yang berpendidikan rendah bahkan tidak sekolah.

"Masalah pendidikan menjadi faktor utama maraknya TKI menjadi korban perdagangan. Hal ini terjadi, karena anak-anak usia kerja di desa tidak memiliki pengetahuan yang memadai," ujarnya.

Ia menambahkan rata-rata mereka hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar dan berasal dari keluarga miskin yang ingin segera mendapatakan pekerjaan.

Dengan keterbatasan pengetahuan seperti itu, kata dia, maka banyak TKI yang menjadi korban kekerasan dari majikannya saat bekerja di luar negeri.

"Ini sebuah realita yang sudah menimpah begitu banyak TKI, tetapi perhatian dari pemerintah daerah atas nasib para tenaga kerja kita di luar negeri, praktis jarang terjadi," ujarnya 

Copyright © ANTARA

Tidak ada komentar: